Powered By Blogger

Minggu, 15 Mei 2011

lembah kedamaian

Subuh-subuh sekali keadaan masih gelap . Embun pagi mulai membasahi rumput ilalang di halaman depan rumah. Rumah yang asri di kaki bukit, yang penduduknya bisa di hitung dengan jari.
Aku masih berselimut kain kedinginan, menunggu beduk subuh surau di lembah itu. Bilik rumah yang kutiduri ternyata tak mampu menahan hembusan angin pagi, sehingga masuk ke celah-celah lubang bilik.
Duk-duk-duk....... suara beduk subuh terdengar, dan ayam jantan mulai pada berkokok, ku bangkit walau malas untuk mengambil air wudhu, ku bergegas ke pancuran yang ada di sekitar surau begitu dinginnya air pancuran ini sampai-sampai aku menggigil. Selesai mengambil air wudhu ku bergegas menuju surau, yang telah di hadiri oleh beberapa jamaah, yang kebanyakan para orang tua bahkan tak tampak anak mudanya di lembah itu. Ku jabat tangan kepada beberapa jamaah yang bersinggungan dengan ku, tampaknya mereka merasa asing dengan ku, bahkan aku sendiri tak mengenal mereka. Karena baru hari inilah aku berada disini.
Di dalam Surau ini tak luput dari pandanganku, dengan dinding bilik yang telah rapuh dan kayu kusen sebagai tiang telah tampak usang, hanya memakai lampu obor sebagai penerangan, beratapkan genting yang jarang. Sehingga kita bisa mengintip langit. Tapi ada yang berbeda disini, surau ini membuatku tenang, damai dan khusu. Jauh dari keramaian, jauh dari bising penuh keteduhan tak seperti mesjid-mesjid di kota, walau banyak yang besar-besar tapi tak bisa khusu untuk beribadah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar